PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

Pengembangan E-Learning Dalam Pembelajaran Kimia


E-learning

Pengertian e-learning pada umumnya terfokus pada cakupan media atau teknologinya. E-learning menurut Gilbert & Jones dalam Surjono (2007) adalah suatu pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik, seperti internet, intranet/ekstranet, satelite broadcast, audio/video, TV interaktif, CD-ROM dan computer based training (CBT). E-learning juga diartikan sebagai seluruh pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN atau Internet) untuk membantu interaksi dan penyampaian materi selama proses pembelajaran (Kumar, 2006). Urdan dan Weggen menyatakan e-learning sebagai suatu pengiriman materi melalui semua media elektronik, termasuk internet, intranet, siaran radio satelit, alat perekam audio/video, TV interaktif, dan CD-ROM (Anderson, 2005).

Pengertian e-learning berbeda dengan pembelajaran secara online (online learning) dan pembelajaran jarak jauh (distance learning). Online learning merupakan bagian dari e-learning, hal ini seperti yang dinyatakan oleh Australian National Training Authority bahwa e-learning merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan online learning, yaitu meliputi suatu rangkaian aplikasi dan proses-proses yang menggunakan semua media elektronik untuk membuat pelatihan dan pendidikan vokasional menjadi lebih fleksibel. Online learning merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan internet, intranet dan ekstranet, atau pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer yang terhubung secara langsung dan luas cakupannya (global). Sedangkan distance learning, cakupannya lebih luas dibandingkan e-learning, yaitu tidak hanya melalui media elektronik tetapi bisa juga menggunakan media non-elektronik. Distance learning lebih menekankan pada ketidakhadiran pendidik setiap waktu. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan secara umum e-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang memanfaatkan atau menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. E-learning adalah kegiatan belajar yang menggunakan internet yang dapat dikombinasikan dengan kegiatan tatap muka yang ada di lembaga pendidikan.

Penerapan e-learning banyak variasinya, karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat. Surjono (2007), menekankan penerapan e-learning pada pembelajaran secara online dan dibagi menjadi dua yaitu sederhana dan terpadu. Penerapan e-learning yang sederhana hanya berupa kumpulan bahan pembelajaran yang dimasukkan ke dalam web server dan ditambah dengan forum komunikasi melalui e-mail dan atau mailing list (milist). Penerapan terpadu yaitu berisi berbagai bahan pembelajaran yang dilengkapi dengan multimedia dan dipadukan dengan sistem informasi akademik, evaluasi, komunikasi, diskusi, dan berbagai sarana pendidikan lain, sehingga menjadi portal e-learning. Pembagian tersebut di atas berdasarkan pada pengamatan dari berbagai sistem pembelajaran berbasis web yang ada di internet. Nedelko (2008), menyatakan ada tiga jenis format penerapan e-learning, yaitu:

a.       Web Supported e-learning, yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat
b.      Blended or mixed mode e-learning, yaitu sebagaian proses pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan sebagian lagi dilakukan secara online
c.       Fully online e-learning format, yaitu seluruh proses pembelajaran dilakukan secara online termasuk tatap muka antara pendidik dan peserta didik juga dilakukan secara online yaitu dengan menggunakan teleconference.

Penerapan e-learning lebih banyak dimaknai sebagai pembelajaran menggunakan teknologi jaringan (net) atau secara online. Hal ini berkaitan dengan perkembangan TIK yang mengarah pada teknologi online. TIK saat ini, lebih difokuskan untuk pengembangan networking (jaringan) yang memungkinkan untuk mengirim, memperbaharui, dan berbagi informasi secara cepat. Keberhasilan penerapan dari e-learning bergantung pada beberapa faktor antara lain teknologi, materi pembelajaran dan karakteristik dari peserta didik. Teknologi merupakan faktor pertama yang mempunyai peran penting di dalam penerapan e-learning, karena jika teknologi tidak mendukung maka sangat sulit untuk menerapkan e-learning, minimal sekolah mempunyai komputer. Materi pembelajaran juga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, dijabarkan secara jelas atau diberikan link ataupun petunjuk sumber pembelajaran yang lain. Karaktersitik peserta didik juga sangat dibutuhkan karena nilai utama di dalam e-learning adalah kemandirian.

E-learning sangat berbeda dengan pembelajaran secara tradisional. Pada pembelajaran tradisional, peran pendidik masih cukup dominan, sedangkan pada e-learning peserta pendidik harus mempunyai kesadaran untuk belajar secara aktif dan mandiri. Nedelko (2008), menjelaskan beberapa karakteristik peserta didik yang dapat mempengaruhi dari keberhasilan e-learning:

1)      Mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan komputer dan TIK lainnya, karena e-learning didukung oleh penggunaan komputer dan peralatan TIK.
2)      Motivasi untuk belajar, peserta didik harus mempunyai kesadaran untuk mempelajari bahan dan materi yang telah diberikan guru, bukan hanya belajar ketika di kelas saja.
3)      Disiplin, peserta didik harus disiplin untuk belajar, mengerjakan tugas, dan menentukan waktu dan tempat untuk belajar.
4)      Mandiri, kemandirian peserta didik mutlak diperlukan di dalam e-learning, karena tidak setiap saat antara peserta didik dan pendidik dapat bertatap muka. Pembelajaran tatap muka lebih bersifat sebagai diskusi antara peserta didik dengan pendidik, bukan sebagai transfer pengetahuan saja.
5)      Mempunyai ketertarikan terhadap e-literatur, karena hampir semua materi pembelajaran disajikan secara online ataupun melalui media elektronik.
6)      Dapat belajar secara sendirian (felling isolation), peserta didik yang ketika belajar harus secara berkelompok atau ada teman akan merasa kesulitan dengn e-learning.
7)      Mempunyai kemampuan kognitif yang cukup tinggi, peserta didik yang mengikuti e-learning hendaknya mempunyai kemampuan kognitif tingkat sintesis dan evaluasi, hal ini dapat untuk mengatasi permasalahan ketidakintesifan pendampingan pendidik dan teman sebayanya.
8)      Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah, peserta didik yang dapat memecahkan masalah secara mandiri akan lebih mudah mengikuti e-learning.

E-learning membutuhkan model yang harus didisain dalam bentuk pembelajaran inovatif. Pengembang,  mempunyai kesempatan dalam merencanakan pengalaman sebelumnya untuk penerapan program e-learning. Untuk keperluan pengembangan e-learning, pengembang konten pembelajaran diharapkan melakukan keseluruhan dari kecakapan mengajar dalam proses pembelajaran e-learning. Pengembang diharapkan dapat mengganti kekurangan dari subtansi atau waktu yang mungkin terjadi dalam pembelajaran konvensional. Walaupun demikian, pengalaman belajar yang terstruktur dengan baik belum cukup mengganti kekurangan kecakapan komunikasi dalam proses pembelajaran e-learning. Performansi peserta didik melalui e-learning adalah memperlihatkan kemampuan e-learning dalam pengintegrasian proses pembelajaran. Komunikasi elektronik dikombinasikan dengan proses pengembangan yang dibutuhkan untuk menempatkan suatu pembelajaran dalam fasilitas format e-learning yang pengintegrasiannya ke dalam penstrukturan konten.

Konten e-learning adalah objek yang harus ada agar pembelajaran dapat berjalan, sedangkan aktor e-learning adalah individu-individu yang melaksanakan pembelajaran e-learning. Konten e-learning dapat berupa text-based content, multimedia-based content ataupun kombinasi keduanya (text-based content dan multimedia-based content).

Aktor dalam pelaksanakan e-learning dapat dikatakan sama dengan aktor pada pembelajaran konvensional, dalam pembelajaran diperlukan adanya pengajar atau tutor yang membimbing, siswa yang menerima bahan ajar dan pengajaran serta administrator yang mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.

Konten dan aktor memiliki hubungan yang sangat erat, karena konten e-learning dibuat, disimpan, dirawat dan dipergunakan oleh aktor e-learning itu sendiri. Terdapat daur hidup (lifecycle) dalam konten e-learning dan aktor adalah pusat dari daur hidup tersebut. Aktor berperan dalam membua (create), menyimpan (archive), merawat (maintain) dan mempergunakan (use) konten e-learning.

Setiawan (2014) melaporkankan bahwa Technology Acceptance Model (TAM) telah mengalami ekstensi dengan memperhatikakan faktor eksternal, yaitu keyakinan diri (self efficacy) dan tekanan sosial (sosial influence) yang menjelaskan lebih lanjut dan penyebab dari kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use) dan tentang kemanfaatan (Perceived Usefulness) yang dimiliki pengguna teknologi. Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku penerimaan teknologi adalah pengaruh sosial (social influence) atau lebih spesifik disebut dengan psychological attachment.

Pengembangan 

Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning dengan materi hidrokarbon dan minyak bumi ini didasarkan pada model pengembangan yang direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974), yakni 4D-Model yang terdiri dari pembatasan (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan penyebarluasan (disseminate).

1.      Tahap pendefinisian (define)

Tahap pendefinisian (define) adalah untuk menentukan dan menegaskan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) analisis ujung depan yang mengarah pada hasil akhir dari pengembangan yakni berupa bahan ajar berbasis e-learning, (2) analisis siswa, langkah ini menetapkan subyek pebelajar dan sasaran belajar siswa yaitu siswa kelas X semester 2 dengan materi pokok senyawa hidrokarbon dan minyak bumi dengan karakter siswa yang telah mengenal internet, dan (3) perumusan indikator hasil belajar yang dirumuskan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Analisis siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) analisis tugas dengan mencari literature dan sumber belajar tentang hidrokarbon dan minyak bumi dan (2) analisis konsep yang dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan dipelajari.

2.      Tahap perencanaan (design)

Tahap perencanaan (design) meliputi tiga langkah yaitu: (1) penyusunan tes dengan membuat soal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi dan keberhasilan siswa dalam memahami materi dalam bahan ajar, (2) pemilihan media untuk mendapatkan media yang tepat sesuai dengan perkembangan era teknologi yang sedang berlangsung, yaitu media internet, dan (3) perancangan awal yang meliputi membaca buku teks yang relevan, menulis bahan ajar, adaptasi bahan ajar, konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing.

3.      Tahap pengembangan (develop)

Pada tahap pengembangan (develop) langkah- langkah yang dilakukan adalah:
(1) konsultasi dengan pembimbing yang bertujuan untuk merancang dan menyusun media dan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian,
(2) validasi yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang nilai yang diperoleh dari validator,
(3) analisis hasil validasi, hasil validasi dianalisis sesuai dengan penilaian, saran, dan kritik dari validator,
(4) revisi bahan ajar berbasis e-learning yang bertujuan untuk menyempurnakan bahan ajar yang akan digunakan, dan
(5) uji coba terbatas, tujuan uji coba ini hanya untuk mengetahui kelayakan dari produk pengembangan yakni bahan ajar berbasis e-learning.

4.      Tahap penyebarluasan (disseminate)

Tahap keempat yaitu penyebarluasan (disseminate) merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis e-learning hasil pengembangan. Dalam pengembangan ini, tahap penyebarluasan (disseminate) tidak dilakukan karena pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, disesuaikan dengan tujuan pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yakni untuk mengetahui kelayakan bahan ajar bukan untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Teknis Pelaksanaan E-Learning 

Secara garis besar, teknis pelaksanaan e-learning dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: (1) hanya menggunakan media Web biasa, dan (2) menggunakan software khusus e-learning berbasis Web yang sering disebut dengan istilah learning management system (LMS). Pada cara pertama, materi-materi pembelajaran disajikan pada sebuah situs Web. Siapapun dapat mengakses materi secara bebas atau dibatasi dengan password (seperti model langganan majalah/ jurnal). Komunikasi bisanya dilakukan menggunakan e-mail atau forum diskusi khusus. Dalam hal ini biasanya tidak terdapat fasilitas portofolio, sehingga dosen tidak memiliki informasi siapa yang telah mengakses materi tertentu dan kapan akses dilakukan. Yang diperlukan untuk menggunakan pendekatan ini hanyalah sebuah server Web.

Pada cara kedua, selain diperlukan server Web juga diperlukan sebuah software (LMS) yang berfungsi untuk mengelola e-learning. Software (sistem) LMS biasanya mempunyai fasili tas-fasilitas yang berfungsi untuk (1) administrasi mahasiswa, (2) penyajian materi, (3) komunikasi,(4) pencatatan (portofolio), (5) evaluasi, bahkan (6) pengembangan materi. Berbeda dengan akses ke Web biasa, akses ke LMS biasanya memerlukan nama user dan password, dan biasanya hanya dosen dan mahasiswa yang terdaftar yang dapat melakukannya. Sistem LMS akan mencatat semua aktivitas yang dilakukan mahasiswa selama mereka masuk ke dalam system e-learning. Pada gambar berikut menyajikan diagram arsitektur sistem e-learning berbasis LMS (diadopsi dari Kojhani, 2004).

Gambar 1 Arsitektur Sistem E-Learning

           
               Gambar Alur Belajar dalam Bahan Ajar Berbasis E-learning

Sistem e-learning terdiri atas beberapa komponen, yakni:
(1) komputer server yang dilengkapi dengan server Web dan sosftware LMS (learning management system) dan software pendukung lain,
(2) infrastruktur jaringan yang menghubungkan komputer klien ke server,
(3) komputer klien tempat mahasiswa dan dosen mengakses kelas online, dan
(4) bahan-bahan ajar yang disiapkan oleh dosen dan dimasukkan ke dalam kelas online.
Sesuai dengan model di atas, komponen-komponen yang diperlukan untuk membangun sistem e-learning meliputi:
(1) hardware server dengan spesifikasi yang memadai
(2) software untuk server: sistem operasi, server Web, dan server e-learning (LMS, learning management system), serta software-software pendukung lainnya (misalnya PHP, MySQL) (3) komputer klien dengan spesifikasi dan cacah yang memadai untuk akses ke sistem elearning secara online
(4) software-software untuk komputer klien: sistem operasi, browser Internet untuk mengakses server, software aplikasi dan authoring untuk mengembangkan materi pembelajaran oleh dosen dan mengerjakan tugas-tugas oleh mahasiswa
(5) infrastruktur jaringan LAN dan Internet yang diperlukan untuk mengakses sistem perkuliahan online.
 Melalui sistem e-learning mahasiswa dapat membaca materi kuliah, mencoba demonstrasi dan simulasi, membaca tugas-tugas dan mengirim jawabannya, Infrastruktur Software Server E-learning Bahan ajar Server Web Mahasiswa/Dosen Infrastruktur Hardware 8 berkomunikasi dengan sesama mahasiswa dan dosen. Gambar 4menyajikan model akses ke sistem e-learning. Setelah infrastruktur pendukung e-learning siap, langkah yang paling penting adalah melakukan persiapan dan melaksanakan kuliah online yang dipadukan dengan kuliah tatap muka. Di sini peran dosen sangatlah penting sebagai pengembang materi belajar dan fasilitator kegiatan pembelajaran. Sistem e-learning atau LMS hanyalah sebuah alat. Pemanfaatannya sangat tergantung pada dosen sebagai pengelola kelas. Dalam pengelolaan kelas secara online dosen harus menyiapkan bahan-bahan ajar yang akan disajikan secara online dan melakukan komunikasi secara online menggunakan fasilitas-fasilitas tersedia pada LMS. 

Kelebihan E-learning
Kelebihan E-learning  ialah memberikan fleksibilitas, interaktivitas, kecepatan, visualisasi melalui berbagai kelebihan dari masing-masing media (Sujana, 2005 : 253 ). Menurut L. Tjokro (2009:187), E-learning memiliki banyak kelebihan yaitu :

1.      Lebih mudah diserap, artinya menggunakan fasilitas multimedia berupa gambar, teks, animasi, suara, video. 
2.      Jauh lebih efektif dalam biaya, artinya tidak perlu instruktur, tidak perlu minimum audiensi, bisa dimana saja, bisa kapan saja, murah untuk diperbanyak.
3.      Jauh lebih ringkas, artinya tidak banyak formalitas kelas, langsung pada pokok bahasan, mata pelajaran sesuai kebutuhan.
4.      Tersedia 24 jam/hari – 7 hari/minggu, artinya penguaasaan materi tergantung pada semangat dan daya serap siswa, bisa dimonitor, bisa diuji dengan e-test.
Kekurangan E-learning
Kekurangan E-learning menurut L. Gavrilova (2006:354) adalah pembelajaran dengan model E-learning membutuhkan peralatan tambahan yang lebih (seperti komputer, monitor, keyboard, dsb). Kekurangan E-learning yang diuraikan oleh Nursalam (2008:140) sebagai berikut :

1.      Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu sendiri.
2.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya membuat tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3.      Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. 
4.      Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT (information, communication, dan technology).
5.      Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
6.      Kurangnya sumber daya manusia yang menguasai internet.
7.      Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
8.      Akses pada komputer yang memadai dapat menjadi masalah tersendiri bagi peserta didik. 
9.      Peserta didik bisa frustasi jika mereka tidak bisa mengakses grafik, gambar, dan video karena peralatan yang tidak memadai.
10.  Tersedianya infrastruktur yang bisa dipenuhi.
11.  Informasi dapat bervariasi dalam kualitas dan akurasi sehingga penduan dan fitur pertanyaan diperlukan.
12.  Peserta didik dapat merasa terisolasi.




     permasalahan : 
    1. apakah akan sama hasil yang diperoleh siswa  jika sama-sama menggunakan metode e-learning sedangkan setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda ?
    2. di desa banyak sekali guru yang masih kurang berpengalaman dalam menggunakan komputer Bagaimana cara mengatasi permasalahan seperti ini, serta bagaimana cara meningkatkan kreatifitas seorang guru dalam memanfaatkan e-learning?
    3. apakah e-learning ini bisa di terapkan untuk semua mata pelajaran dan apaakah hasil yang di peroleh akan memenuhi target jika mengunakan cara e-learning ini?
 

Sumber:
Anderson, B. (2005). “Strategic e-learning implementation.” Educational Technology & Society, 8 (4), 1-8. 1. ISSN 1436-4522
Rahmaniyah, Anna. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis E-Learning Pada Materi Hidrokarbon Dan Minyak Bumi Kelas X Semester 2. (Online),http://jurnal-online.um.ac.id/, 
Sahid. 2006. Pembelajaran Kimia Polimer Melalui E-Learning.http://staff.uny.ac.id/sites/

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Selamat pagi saudari amini, saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor satu.
    Beberapa prinsip membuat situs pembelajaran atau website e-learning menurut Munir (2009: 191) antara lain: 1. Merumuskan tujuan pembelajaran.
    2. Mengenalkan materi pembelajaran.
    3. Memberikan bantuan dan kemudahan bagi pembelajar untuk mempelajari materi pembelajaran.
    4. Memberikan bantuan dan kemudahan bagi pembelajar untuk mengerjakan tugas-tugas dengan perintah dan arahan yang jelas.
    5. Materi pembelajaran yang disampaikan sesuai standar yang berlaku secara umum, serta sesuai dengan tingkat perkembangan pembelajar.
    6. Materi pembelajaran disampaikan dengan sistematis dan mampu memberikan motivasi belajar, serta pada bagian akhir setiap materi pembelajaran dibuat rangkumannya.
    7. Materi pembelajaran disampaikan sesuai dengan kenyataan, sehingga mudah dipahami, diserap, dan dipraktekkan langsung oleh pembelajar.
    8. Metode penjelasannya efektif, jelas, dan mudah dipahami oleh pembelajar dengan disertai ilustrasi, contoh, dan demonstrasi.
    9. Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran, maka dapat dilakukan evaluasi dan meminta umpan balik (feedback) dari pembelajar.
    Karena prinsip diatas telah bersifat umum untuk semua peserta didik, jadi diharapkan semua peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dapat dengan mudah mengikuti proses pembelajaran melalui e-learning ini.

    BalasHapus
  3. Saya mencoba menjawab permasalahan amini yang pertama, menurut saya kalau hasil yang peroleh siswa itu berbeda pasti hasilnya karena kan itu tergantung dari kemampuan yang dimiliki siwa nya dan bagaimana penilaian dari guru tersebut

    BalasHapus
  4. Saya mencoba menjawab permasalahan amini yang pertama, menurut saya kalau hasil yang peroleh siswa itu berbeda pasti hasilnya karena kan itu tergantung dari kemampuan yang dimiliki siwa nya dan bagaimana penilaian dari guru tersebut

    BalasHapus
  5. 2. Menurut saya, jika guru gagap akan teknologi, kita bisa memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada guru nya, agar guru bisa mengajarkan kepada siswa nya.
    Akan lebih efektidf, jika diadakan juga pelatihan untuk siswa. Agar guru tidak terlalu sulit untuk mengajarkan siswa nya.

    BalasHapus
  6. Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1
    Menurut saya twntu akaj memberikan hasil yang berbeda setiap siswanya karena kemampuan siswa dalam memproses informasi itu juga berbeda-beda. Kemudian juga minat belajar siswa juga berbeda-beda. Tentu hal tersebut akan memberikan hasil yang berbeda nantinya.

    BalasHapus
  7. apakah e-learning ini bisa di terapkan untuk semua mata pelajaran dan apaakah hasil yang di peroleh akan memenuhi target jika mengunakan cara e-learning ini?

    Menurut saya e learng tidak bsia untuk semua pelajaran terutama yang berbasis perhitungan..karna nantinta siswa akan bingung darimana hasil yang di dapatkan jika guru tidak menjelaskan nya secara langsung

    BalasHapus
  8. Menurut saya guru harus berusaha untuk belajar dan memahami terlebih dahulu.
    E-learning membutuhkan model yang harus didisain dalam bentuk pembelajaran inovatif. Pengembang, mempunyai kesempatan dalam merencanakan pengalaman sebelumnya untuk penerapan program e-learning. Untuk keperluan pengembangan e-learning, pengembang konten pembelajaran diharapkan melakukan keseluruhan dari kecakapan mengajar dalam proses pembelajaran e-learning. Pengembang diharapkan dapat mengganti kekurangan dari subtansi atau waktu yang mungkin terjadi dalam pembelajaran konvensional. Walaupun demikian, pengalaman belajar yang terstruktur dengan baik belum cukup mengganti kekurangan kecakapan komunikasi dalam proses pembelajaran e-learning. Performansi peserta didik melalui e-learning adalah memperlihatkan kemampuan e-learning dalam pengintegrasian proses pembelajaran. Komunikasi elektronik dikombinasikan dengan proses pengembangan yang dibutuhkan untuk menempatkan suatu pembelajaran dalam fasilitas format e-learning yang pengintegrasiannya ke dalam penstrukturan konten.

    BalasHapus
  9. Menurut saya walaupun sama2 menggunakan e-learning blom tentu hasil yang diperoleh siswa sama mengapa karena daya tangkap dari siswa berbeda-beda jadi ada yang cepat dan ada yang lambat.

    BalasHapus
  10. Menurut saya tidak sama walaupun menggunakn metode yg sama

    BalasHapus
  11. Baik saya akan menjawab permasalahan yang ketiga. Dimana menurut saya e-learning ini bisa digunakan pada mata pelajaran apa saja dengan materi apa saja. Karena guru dapat membuat video dan mengirimkan nya pada grup apabila materi yang dilaksanakan itu cukup sulit. Atau seperti contoh dalam kimia yaitu dengan reaksi-reaksi. Nah guru dapat menbuat video dengan papam tulis dan kirimkan ke muridnya. Kemudian ditanyakan pada muridnya apakah sudah memahami atau belum materinya.

    BalasHapus
  12. Saya mencoba menjawab permasalahan amini yang pertama, menurut saya kalau hasil yang peroleh siswa itu berbeda pasti hasilnya karena kan itu tergantung dari kemampuan yang dimiliki siwa nya dan bagaimana penilaian dari guru terse

    BalasHapus
  13. Dengan cara mengadakan pelatihan pelatihan yang diselenggarakan oleh sekolah

    BalasHapus
  14. Performansi peserta didik melalui e-learning adalah memperlihatkan kemampuan e-learning dalam pengintegrasian proses pembelajaran. Komunikasi elektronik dikombinasikan dengan proses pengembangan yang dibutuhkan untuk menempatkan suatu pembelajaran dalam fasilitas format e-learning yang pengintegrasiannya ke dalam penstrukturan konten.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

multimedia pembelajaran revolusi industri era 4.0

LANDASAN TEORITIS MULTIMEDIA PEMBELAJARAN